Akhir tahun 2010 lalu, aktivitas vulkanik di kawasan wisata Gunung Bromo kembali aktif. Sehingga berdampak pada rusaknya beberapa keindahan yang ada di sana dan ditutupnya tempat ini sebagai jujukan wisata beberapa bulan. Kondisi inilah terkadang membuat wisatawan bertanya-tanya bagaimana kondisinya sekarang.
Akibat fenomena alam tersebut wisatawan yang datang ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru juga sempat menurun. Hal ini dikarenakan himbauan dari pemerintah dan pengelola tentang faktor keamanan dari gunung yang masih aktif ini bagi wisatawan. Himbauan serupa, juga disampaikan Supoyo, Kepala Desa Ngadisari, siapapun yang datang ke Bromo diharapkan tetap berhati-hati dan waspada, karena bencana kapanpun siap melanda. “Alangkah baiknya jika ada wisatawan yang datang kemari, tetap mencari informasi dulu dari warga setempat tentang kondisi gunungnya, informasi ini dapat diperoleh di pos pengamatan Gunung Bromo, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Probolinggo. ” tegasnya.
Namun, setelah ditutup selama lima bulan, alhasil wisata ke Bromo kembali dibuka, yakni pada akhir Maret 2011 lalu. Akan tetapi beberapa titik di kawasan Gunung Bromo juga masih terlihat bekas-bekas dampak dari aktivitas vulkanik. Pemandangan seperti ini yang masih tampak di Lautan Pasir, di mana banyak terdapat lubang-lubang dan gundukan akibat dari letusan. Di kaki gunung juga tampak gundukan-gundukan menyerupai bukit. Beberapa ruas jalur menuju ke kawasan ini juga masih ada beberapa yang dalam tahap perbaikan, karena pasir-pasir dan batu kecil yang berserak.
Gaung pun bersambut, keberadaan wisata Gunung Bromo sebagai salah satu destinasi di Indonesia terus diperbaiki. Kawasan yang rusak akibat aktivitas vulkanik telah dilakukan pembenahan. Sehingga untuk saat ini wisatawan kembali merasakan kenyamanan datang ke Bromo. Sejak dilakukannya perbaikan ulang pada kawasan dan akses jalur menuju ke sana, perlahan jumlah kunjungan kembali bergairah. Beberapa hotel dan aktivitas warga setempat juga kembali meningkat.
Gunung Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi dengan pura di tengah-tengahnya.
Daya tarik Gunung Bromo yang istimewa adalah kawah di tengah dengan lautan pasirnya yang membentang luas di sekeliling kawah Bromo, mengepulkan asap putih. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi. Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah sekitar 800 meter (utara-selatan) dan sekitar 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 kilometer dari pusat kawah Bromo.
Sensasi lain yang ditawarkan dan masih menjadi impian bagi siapa saja saat datang kemari, adalah pemandangan menakjubkan dari puncak gunung berapi yang masih aktif ini, menikmati hamparan lautan pasir luas, dan menyaksikan kemegahan Gunung Semeru yang menjulang menggapai langit. Sembari menatap indahnya matahari beranjak keluar dari peraduannya atau sebaliknya menikmati temaram senja dari punggung bukit Bromo.
Untuk melihatnya, Anda harus menaiki Gunung Pananjakan yang merupakan gunung tertinggi di kawasan ini. Medan yang harus dilalui untuk menuju Gunung Pananjakan cukup berat. Untuk menuju kaki Gunung Pananjakan, Anda harus melalui daerah yang menyerupai gurun yang dapat membuat Anda tersesat. Saat harus menaiki Gunung Pananjakan, jalan yang sempit dan banyak tikungan tajam, tentu membutuhkan ketrampilan menyetir yang tinggi.
Karenanya, banyak pengunjung yang memilih menyewa mobil hardtop (sejenis mobil jeep) yang dikemudikan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar berasal dari suku Tengger yang ramah dengan para pengunjung. Sampai di atas, ada banyak toko yang menyediakan kopi atau teh hangat dan api unggun untuk menghangatkan tubuh sambil menunggu waktu tebitnya matahari. Ada pula toko yang menyewakan pakaian hangat.
Selain menyaksikan keindahan panorama yang ditawarkan oleh Bromo-Semeru, kawasan ini juga kerap ramai didatangi wisatawan yang ingin menyaksikan secara langsung Upacara Kasada yang diadakan oleh masyarakat Tengger. Tradisi adat ini biasanya dimulai pada saat tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kesodo [ke-sepuluh] menurut penanggalan Jawa.
naskah : m. ridlo’i | foto : istimewa