Omah Panda, salah satu Rumah Edukasi Lingkungan di Surabaya seakan ingin menunjukkan taringnya dalam upaya melestarikan, merestorasi serta mengelolah ekosistem dan keaneragaman hayati Indonesia secara berkeadilan, demi keberlanjutan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan kegiatan bertajuk “Silaturahmi Omah Panda” yang dilaksanakan di kantor baru Omah Panda, Jalan Simpang Dukuh 38-40, Ruko blok A7, Surabaya, Jumat (11/9/2015).
Ajang silaturahmi antar pegiat lingkungan di Surabaya ini dihadiri langsung oleh CEO WWF Indonesia, Efransjah. Dalam kesempatan kali ini, Alumnus Institute Pertanian Bogor ini pun turut memberikan wejangan kepada para tamu undangan yang hadir terkait konservasi lingkungan.
Bertepatan dengan 53 tahun WWF Indonesia yang mengusung tema “Wear it Wild, sebuah wadah edukasi lingkungan bernama Omah Panda mencoba berbenah Kota Surabaya pada sektor lingkungan. “Bicara terkait lingkungan di Kota Surabaya, tahun ini, hutan bakau atau mangrove yang akan kita (wwf-surabaya) perbaiki. Hutan mangrove di Teluk Lamong sebagai garda utama di sisi timur Surabaya, kalau kita teliti memang di daerah sana banyak tumpukan sampah, habitat ekosistem semakin rentang dan berkurang, banyak bangunan yang memang tidak layak untuk industri dan sebagainya, artinya kita harus tetap mengamati batasan-batasan bakau tersebut agar mencapai luasan yang cukup untuk bisa menjadi hutan yang alami”, tegas Donny Prasmono, Face to Face Fundrising Program Koordinator WWF Indonesia.
Habitat hutan bakau dan mangrove tengah menjadi perhatian WWF Surabaya tahun ini. Langkah-langkah untuk terus menjaga kelestarian habitat hutan pun terus dilakukan, salah satunya dengan memberikan solusi kepada masyarakat di sekitar habitat mangrove agar menjaga ekosistem mangrove.
Secara umum hutan bakau atau mangrove mempunyai definisi sebagai hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak di garis pantai dan dipengaruhi oelh pasang-surut air laut, tepatnya di daerah pantai dan sekitar muara sungai. Sehingga tumbuhan yang hidup di hutan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan laut. Tumbuhan satu ini memegang peranan ekologis yang penting dalam menghadang proses abrasi pantai.
Seperti dikutip dari earthour.wwf.or.id yang menjelaskan tentang fungsi hutan mangrove di Indonesia. Berguna untuk mencegah intrusi air laut, erosi, abrasi pantai dan penyaring alami, serta sebagai tempat hidup dan sumber makanan bagi beberapa jenis satwa. Kemudian memiliki peranan dalam pembentukan pulau dan menstabilkan daerah pesisir.
WWF Indonesia sendiri merupakan salah satu organisasi konservasi independen terbesar di Indonesia yang telah memulai kegiatannya sejak tahun 1962. Pada tahun 1998, WWF Indonesia resmi menjadi lembaga nasional berbadan hukum Yayasan.
Saat ini, WWF Indonesia bekerja di 28 kantor wilayah di 17 propinsi di Indonesia, menjalin kerjasama dan bermitra dengan masyarakat, LSM, media, dunia usaha, universitas, serta pemerintah baik daerah maupun pusat. Didukung oleh lebih dari 500 personil. Sejak tahun 2006, WWF Indonesia mendapatkan dukungan lebih dari 64 ribu supporter yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara.
Agar tetap relevan dan mampu menghadapi tantangan yang semakin berat kedepan, WWF Indonesia telah mengembangkan Rencana Strategis (Strategic Plan) empat tahunan periode 2014-2018.
Rencana strategis tersebut disusun untuk mendukung agenda pembangunan berkelanjutan yang menjadi komitmen pemerintah Indonesia, seperti mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencegah terus hilangnya keaneragaman hayati, dengan tetap mencapai pertumbuhan ekonomi yang merata dan berkeadilan.
naskah dan foto : rangga yudhistira